Kelas Psikologi Klinis Kelompok 2 pada live instagram mereka mengangkat sebuah kasus yang sedang terjadi akhir akhir ini. Sejak awal 2020 virus Corona sudah merebak di seluruh penjuru dunia dan mempengaruhi segala sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan. Narasumber yang dibawakan oleh kelompok 2 merupakan seorang tenaga pengajar di Sekolah Luar Biasa di Surabaya. Beliau bernama bapak Rohman, S.Pd.
Bersekolah merupakan hak semua anak tidak terkecuali pada
anak-anak autis. Namun semenjak adanya pandemi corona, tantangan untuk mengajar
anak-anak autis menjadi meningkat. Sebut saja tantangannya ketika pembelajaran
offline, anak autis sulit sekali untuk disuruh memegang pensil. Ketika pengajar
sedikit melepaskan perhatiannya dari anak tersebut, si anak yang tadinya duduk
di kursi tiba-tiba saja ia sudah tidak berada di kursinya.
Jadi bisa dibayangkan pada anak autis ketika virus Corona
menyebar dan sekolah-sekolah akhirnya menerapkan pembelajaran jarak jauh,
anak-anak ini sulit sekali untuk bisa berada di depan layar komputer dalam
waktu yang lama. Alhasil guru-guru membutuhkan bantuan para orangtua untuk
menyampaikan pelajaran. Orangtua menjadi peran vital dalam pembelajaran daring.
Sayangnya orangtua juga disibukkan oleh pekerjaan mereka sehingga waktu yang
bisa diberikan untuk penyampaian pelajaran juga terbatas. Anak-anak autis memiliki
kesulitan untuk bisa beradaptasi pada kondisi baru dimana ia harus belajar di
rumah. Selama ini yang mereka tahu jika belajar ya di sekolah, bukan di rumah.
Anak autis memiliki kendala untuk berkonsentrasi pada
pembelajaran, mengikuti instruksi yang diberikan guru sehingga guru harus
memberikan instruksi berulang-ulang agar anak benar-benar mengerti.
Ada perbedaan mata pelajaran antara pada saat offline dan
online. Yang awalnya ada pelajaran akademik, bina diri, dan sosialisasi menjadi
berubah. Pembelajaran sosialisasi menjadi kurang atau bahkan tidak ada karena
anak-anak tidak dapat bertemu dengan kawan-kawannya secara langsung.
Pola pengajaran anak-anak autis rupanya tidak dapat
disamakan satu sama lainnya meskipun mereka berada pada rentang usia yang sama.
Tingkat keparahan autism tiap anak mempengaruhi pelajaran apa yang mereka
terima. Anak autis adalah anak-anak yang mengalami keterlambatan pada
perkembangan otaknya sehingga fungsi kognitif mereka pun terhambat. Oleh
karenanya jika ada anak autis dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi maka
pembelajaran yang dapat diberikan adalah seperti pengenalan warna, pengenalan
bentuk, penghitungan 1-10, dan sebagainya.
Seperti yang telah saya sebutkan bahwa peran orangtua merupakan kunci keberhasilan pendidikan anak autis. Oleh sebab itu waktu yang pendamping (orang tua dapat digantikan oleh orang lain seperti kakak, adik, atau kerabat lainnya) dapat berikan sangat penting. Pendidik haruslah menghubungi pendamping agar dapat menyesuaikan waktu mereka.
No comments:
Post a Comment