Sunday, January 10, 2021

LIVE IG THE SERIES 1 - PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK???


Di penghujung semester 3, kelas saya diberi kesempatan untuk melaksanakan sebuah project dimana kami dibagi menjadi 8 kelompok dan tiap kelompok diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan sebuah Live Instagram mengenai psikopatologis yang terjadi pada fase anak, remaja, dewasa, dan lansia.

Di blog kali ini saya akan memberikan rangkuman dari live instagram yang dilakukan oleh kelompok 1. Kelompok ini memberikan suatu diskusi mengenai gangguan psikopatologis yang terjadi pada fase anak. Film “Silenced” yang rilis pada tahun 2011 menjadi pilihan kelompok ini untuk menjadi pemantik pembahasan. Narasumber yang dibawakan pun tidak main-main. Seorang dosen fakultas psikologi UNTAG Surabaya yang bernama ibu Rahma Kusumandari, S.Psi., M.Psi., Psikolog menjadi pembicara untuk mengulas apa saja yang ada didalam film tersebut dan bagaimana hal ini dapat terjadi pula pada kehidupan nyata, terkhususnya dialami oleh anak-anak. Sebagai catatan pula, film ini didasarkan pada kisah nyata.

Film ini menceritakan anak-anak sekolah dasar yang diperkosa oleh kepala sekolah, kepala admin, dan salah satu guru laki-laki. Anak-anak ini bukanlah anak-anak biasa, mereka adalah anak-anak yang bersekolah di sekolah yang khusus untuk anak-anak tunarungu. Guru baru dan beberapa orang yang terlibat hendak menghentikan kejadian yang menimpa anak-anak tersebut namun mereka terkendala akan banyak hal.

Masuk ke pembahasan utama kita.

Dalam pengertiannya, psikopatologis anak secara gamblang adalah gangguan-gangguan psikologis pada anak.

Pemerkosaan pada orang dewasa saja kita bisa merasa ngeri, apalagi jika hal ini terjadi pada anak-anak. Gangguan-gangguan yang muncul pada anak-anak korban pemerkosaan adalah sebagai berikut. Mereka akan menarik diri dari lingkungannya, lebih pendiam, hilangnya keceriaan, sulit percaya pada orang lain dan sebagainya.

Coba kita bayangkan saja, anak-anak adalah individu yang belum sempurna perkembangan alat seksualnya. Apabila dipaksakan maka hal tersebut akan sangat menyakitkan bagi anak tersebut. Terlebih lagi jika anak tersebut adalah seorang anak laki-laki. Banyak predator-predator/ pedofil yang juga mengincar anak laki-laki dan mereka akan memasukkan (maaf) alat kelamin mereka ke tempat yang tidak seharusnya. Tentu saja hal tersebut akan membuat lecet-lecet dan luka pada si anak.

Suatu perdebatan sering terjadi, apakah si anak tersebut jika dibiasakan maka lama-kelamaan akan menimbulkan kenikmatan pada si anak tersebut? Kita harus sepakati dulu bersama. Sesuatu yang dipaksakan maka tidak akan enak. Tidak ada satu orangpun yang suka dipaksa. Ketika si anak tumbuh besar menjadi pelaku bukan berarti karena ia merasa enak namun ia belajar bagaimana melukai orang lain dengan cara tersebut. Apalagi jika kita kembali lagi pada film tersebut ada adegan dimana sang anak dipukuli ketika ia mengalami pelecehan tersebut. Dia tidak mengerti mengapa hal itu terjadi yang akhirnya membuat harga diri si anak jatuh. Anak tersebut menjadi anak yang pendiam.

Anak yang berkebutuhan khusus lebih rentan terhadap pelecehan dibanding dengan anak normal. Ini yang seharusnya diperhatikan oleh para orang tua yang memiliki anak-anak berkebutuhan khusus.

Kenapa pelecehan seksual bisa terjadi?

Menurut ibu Rahma, pelecehan dapat terjadi oleh sebab tiga faktor yaitu dari pelaku, korban, maupun orang tua korban.

Pelaku dapat melancarkan aksinya oleh sebab ada kesempatan yang muncul. Sebuah kejahatan terjadi tidak hanya karena ada niat tetapi juga karena ada kesempatan. Jika teman-teman pembaca blog ini ada yang bekerja di bidang pendidikan dan berurusan dengan anak kecil, usahakanlah pada setiap kegiatan anak-anak hendaknya dilakukan di tempat yang terbuka dan hindari tempat tempat yang agak pojok, terisolir, dan gelap.

Faktor kedua yaitu korban. Mengapa korban dapat menerima pelecehan? Biasanya dikarenakan para korban sebelumnya tidak teredukasi dengan baik mengenai mana saja bagian-bagian tubuh mereka yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Ada baiknya pendidikan seks sedini mungkin dilakukan.

Dan yang terakhir adalah faktor orangtua. Kurangnya pengawasan yang dilakukan pada anak oleh orangtua menjadikan anak menjadi sasaran empuk. Bisa dibayangkan mau sebaik apapun edukasi yang diberikan pada anak, ada hal-hal yang menjadi diluar control anak. Kekuatan sang anak untuk menolak terbatas, disinilah peran orangtua dalam menjaga anak-anak mereka. Orangtua hendaknya membiasakan dan melindungi anak-anak mereka dengan berpakaian yang lengkap. Jangan biarkan anak kita hanya memakai celana dalam dan kaos kutang boleh untuk berkeliaran. Di dalam rumah saja biasakan untuk berpakaian yang rapi. Kalaupun ada yang berusaha memegang-megang, ajarkan anak untuk berteriak.

Cara pengajaran anak disabilitas memang agak berbeda dengan anak normal. Perbedaannya ada di bagaimana menyampaikannya. Kita harus lebih konkrit lagi dalam pengajaran dengan anak-anak disabilitas.

Apabila ada korban pelecehan seksual, dimohon untuk tidak mengulik kembali kejadian-kejadian lampau. Jangan biarkan mereka mengingat-ingat kembali kejadian mengerikan tersebut.

No comments:

Post a Comment

LIVE IG THE SERIES 8 - ALZHEIMER

Kelompok terakhir dari live IG the series ini merupakan kelompok 8 yang membahas mengenai alzheimer. Jika pada blog sebelumnya kita membahas...