Wednesday, October 14, 2020

Perspektif Perilaku Abnormal

 


Setelah kita mengetahui apa itu normalitas dan abnormalitas, mari kita mempelajari lebih lanjut mengenai abnormalitas jika dilihat dari perspektif-perspektif aliran-aliran psikologi.

Jika teman-teman belum membaca postingan saya mengenai seperti apa normalitas dan abnormalitas, saya sarankan teman-teman membaca terlebih dahulu di normal abnormal agar bisa lebih memahami apa yang akan kita bahas di bawah.

Di kesempatan kali ini saya akan membagi pembahasan menjadi 4 perpektif; yaitu perspektif psikoanalisa, humanistik, behaviorism, dan kognitif.


Pendekatan Psikoanalisa

Dalam beberapa teori-teori psikoanalisa yang ada, saya ingin membawakan salah satu teori psikoanalisa yang paling terkenal yaitu teori psikoanalisa oleh Freud dan Erik Erickson.

Freud memiliki beberapa penjelasan dalam teorinya seperti bagaimana struktur jiwa manusia itu. Dalam jiwa manusia digambarkan seperti gunung es dimana id yang merupakan sumber segala energi psikis dan perilaku primitif manusia berada di ketidaksadaran. Kemudian ada superego yang berada pada prasadar yang merupakan kumpulan moral moral yang dianut individu tersebut. Terakhir ada ego yang berada pada kesadaran yang menentukan bagaimana memuaskan keinginan id dengan memperhatikan pula superego agar meminimalisir resiko. Jika id atau superego tidak seimbang atau besar sebelah maka hal ini akan mempengaruhi perilaku normal individu.


Selain itu Freud menjabarkan apa saja mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh ego seperti represi, denial, proyeksi, dan lain lain. Mekanisme pertahanan ego ini memang digunakan untuk meredakan kecemasan namun jika digunakan terus menerus maka dapat menyebabkan perilaku abnormal individu.

Freud menetapkan beberapa tahapan psikoseksual yang dilalui oleh seluruh manusia. Tahapannya antara lain fase oral, anal, phalik, laten, dan genital. Jikalau pada tahapan-tahapan ini terganggu pemenuhannya maka dapat mengganggu pada di masa mendatang. Sebagai contoh seseorang yang sudah berusia 25 tahun namun ia suka berkata kasar, merokok, dan meminum minuman keras maka berdasarkan tahapan psikoanalisa Freud, individu tersebut memiliki gangguan pada tahapan oralnya atau tidak terpenuhi pada fase itu.


Erik memiliki beberapa pandangan dalam teorinya namun pada kesempatan ini saya ingin menilik dari tahapan psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erickson dimana beliau membagi perkembangan manusia dari tahapan sejak lahir hingga lanjut usia.


Seperti yang sudah dijelaskan pada gambar diatas, manusia memiliki tahapan-tahapan dalam hidupnya. Apabila individu gagal dalam tahapan tertentu maka sudah dijelaskan pula apa dampaknya. Semisal pada masa infancy individu gagal mencapai kepercayaan terhadap orang lain maka pada usia-usia berikut individu tersebut akan kesulitan mempercayai orang lain.


Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistik memiliki konsep bagaimana memanusiakan manusia. Menurut Maslow manusia mengalami abnormalitas akibat dari ketidakterpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya. Padahal manusia menurut pandangan humanistik pada dasarnya adalah baik dan apabila kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi maka manusia akan berusaha untuk mencapai aktualisasi diri.

Jika manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan di tingkat bawah maka ia akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan di tingkat selanjutnya. Manusia akan melakukan tindakan-tindakan abnormal karena kebutuhannya tidak terpenuhi sebagai contoh seorang anak mencuri makanan sebab kebutuhan fisiologisnya tidak terpenuhi.

Berangkat juga dari teori seorang tokoh bernama Carl Rogers yang memiliki konsep real self vs ideal self. Mengapa manusia bisa berperilaku abnormal? Rupanya hal ini disebabkan oleh kesenjangan antara real self dan ideal self seorang individu. Real self adalah bagaimana keadaan diri individu yang sebenarnya, bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Sedangkan Ideal self adalah bagaimana individu menginginkan diri yang ideal pada dirinya. Sebagai contoh individu adalah pribadi yang minder, tertutup, dan sulit bergaul. Ia memiliki ideal self memiliki pacar super model. Adanya kesenjangan ini mengakibatkan individu dapat melakukan hal-hal diluar norma-norma masyarakat seperti melakukan stalking dan terror terhadap target incarannya.


 

Pendekatan Behavioristik


Pendekatan ini menjelaskan bahwa manusia terlahir seperti kertas kosong yang dapat ditulis oleh lingkungannya. Dijelaskan pula bahwa manusia memiliki kecenderungan mengulang perbuatannya apabila hal tersebut dirasa menyenangkan, mengenakkan, dan menguntungkan bagi dirinya. Skinner memiliki sebuah pandangan yaitu perilaku manusia akan berulang dikarenakan adanya penguatan dari lingkungannya. Mengapa manusia mencuri? Bisa saja karena lingkungannya mendukung dia mencuri, dia terlahir dan besar di kampung copet misalnya, atau ada desakan orangtuanya untuk mencuri.

Saya juga akan mengambil sebuah contoh kasus mengapa PTSD dapat terjadi menurut pendekatan ini. Seorang remaja sedang berjalan di samping jalan raya dan saat itu ada sebuah truk besar lewat disampingnya. Seketika itu pula ia merasakan getaran yang disebabkan oleh truk tadi. Remaja itu pun langsung meringkuk ketakutan sambil menangis. Mengapa hal itu terjadi? Ternyata ia merupakan survivor yang selamat dari bencana tsunami. Kala itu gempa yang hebat terjadi dan tsunami meluluh lantakkan kota kelahirannya. Ia ketakutan oleh sebab gempa mengingatkannya dengan tsunami kala itu sehingga ia pun ketakutan.

Pendekatan Kognitif

Kognitif merupakan proses berpikir manusia. Dalam proses berpikir manusia ada berbagai macam hal yang dapat kita bahas mulai dari emosi, motivasi, memori, dan lain sebagainya. Memori mempengaruhi bagaimana individu dapat mempersepsikan sesuatu. Pemaknaan dalam diri seseorang terhadap suatu stimulus sangat dipengaruhi oleh ingatan-ingatan pengalaman yang telah dilalui individu.

Saya ambil contoh dari satu scene sebuah film lokal berjudul "27 Steps of May" yang rilis pada tahun 2019. Spoilers alert bagi yang belum menontonnya. Kalau belum nonton, segera nonton ya. Recommended kok!

Garis dibawah ini sebagai pembatas untuk teman-teman yang tidak ingin membaca spoiler dari film ini

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salah satu adegan yang terpampang di film ini adalah ketika May ditarik keluar oleh ayahnya ketika sedang kebakaran dibelakang rumahnya. May yang seharusnya keluar rumah malah kembali masuk ke dalam kamarnya. Mengapa demikian? Ternyata May mengalami distorsi kognitif yaitu kesalahan logika dalam berpikir, serta kecenderungan berpikir yang berlebihan serta tidak rasional. May menganggap keluar dari rumah adalah suatu hal yang berbahaya, ia tidak lagi ingin keluar karena hal tersebut mengingatkannya akan pemerkosaan yang ia alami 8 tahun silam.


Mungkin sekian saja pembahasan saya kali ini mengenai 4 pendekatan psikologi terhadap abnormalitas. Tinggalkan komentar kalian pada kolom dibawah ya...


Daftar Pustaka :

1. Halgin, Richard P. dan Whitbourne, Susan Krauss. 2010. Abnormal Psychology: Clinical Perspectives on Psychological Disorders 6th Edition. New York: McGraw-Hill

2. Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius

Sunday, October 11, 2020

NORMAL ABNORMAL



Halo teman teman kembali lagi di blog Mahasiswa Psikologi Untag.

Setelah yang lalu kita membahas mengenai apa itu konsep adjustment, kali ini kita akan membahas suatu konsep mengenai normal dan abnormal.

Hal paling umum yang selalu dipertanyakan kepada seorang Psikolog biasanya adalah "apakah perilaku si A ini normal? Apakah yang bersangkutan sakit jiwa?". Dan pada kesempatan kali ini kita akan menggali lebih dalam bagaimana kita bisa menentukan apakah seseorang dapat dikatakan normal kah atau ada hal-hal lain yang membuatnya dicap "berbeda"?

Pada dasarnya, normal merupakan suatu istilah yang kita gunakan untuk menyebut hal-hal yang lumrah terjadi, hal-hal yang sewajarnya, dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Jika demikian, berarti abnormal adalah kebalikan dari normal. Perilaku yang tidak wajar, diatas standar ataupun mungkin dibawah standar yang telah ditetapkan oleh masyarakat.

Dengan penjelasan diatas apakah berarti lingkungan sekitar yang menentukan sebuah perilaku tersebut dapat dikatakan normal atau abnormal? Jawabannya adalah ya dan tidak, tergantung kita mau melihatnya dari sisi mana terlebih dahulu.

Terdapat dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk menentukan normalitas dari suatu perilaku yaitu dengan pendekatan kuantitatif ataupun pendekatan kualitatif. Jika kita menyebutkan diatas bahwa lingkungan sekitar menentukan normal atau tidaknya, maka kita bisa melihatnya dengan sudut pandang pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini berarti ketika ada kelangkaan statistika dari sebuah perilaku/ hal yang ingin disorot maka kita dapat mengatakan perilaku/ hal tersebut adalah abnormal. Ambil contoh saja ada satu sekolah menengah atas yang seluruh siswanya berjumlah 1000 orang menggambar dengan peralatan seperti pensil warna atau crayon kecuali seorang siswa bernama Budi. Ia menggambar dengan menggunakan tipex. Perbandingan 999 orang dengan 1 orang ini yang menyebabkan 1 orang atau si Budi ini melakukan sebuah perilaku abnormal. Ini yang disebut dengan pendekatan kuantitatif.

Berbeda dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif memiliki beberapa pertimbangan yang lain selain jumlah rasio suatu perilaku. Ada faktor-faktor lain seperti sosio-kultural yang berpengaruh dalam penentuan abnormalitas suatu keadaan. Ambil contoh dalam satu kelas ketika ujian semua siswanya mencontek kecuali satu siswa bernama Rossi. Apakah tindakan Rossi yang tidak mencontek disebut sebagai tindakan abnormal? Tentu saja tidak. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan menurut aturan di masyarakat, mencontek adalah tindakan yang tidak dibenarkan sehingga sebenarnya tindakan Rossi yang tidak mencontek dapat dikatakan sebagai perilaku yang normal.


Daftar Pustaka:

Slamet I.S, Suprapti dan Markam, Sumarmo. 2003. Pengantar Psikologi Klinis, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sunday, October 4, 2020

Konsep Dasar Adjustment




Halo teman-teman, selamat datang pada pembahasan pertama di blog ini. Kali ini kita akan sama-sama belajar mengenai sebuah tema yaitu konsep dasar adjustment. Nah kira-kira apakah teman-teman tahu apa yang dimaksud dengan adjustment ini?

Dalam hidup ini keadaan kita sangat jarang sekali berjalan sesuai dengan keinginan kita. Ada naik turun, pasang surutnya kehidupan. Kondisi naik turunnya kehidupan ini mengharuskan kita untuk dapat beradaptasi didalamnya. Terkadang rintangan-rintangan yang muncul membuat kita sulit menyesuaikan diri dengan sekitar. Rintangan yang muncul tidak selalu dari luar diri tetapi bisa muncul dari dalam diri kita. Apabila kita berhasil menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar, kita dapat merasa bahagia. Lain halnya apabila kita tidak berhasil. Yang muncul hanya ada rasa ketidak puasan akan kehidupan. 

Secara gamblang, adjustment adalah suatu reaksi terhadap tuntutan dan tekanan lingkungan sosial yang dikenakan kepada individu. Tuntutan yang mana individu harus bereaksi terhadapnya dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Para ahli psikologi memandang adjustment dari dua perspektif. Yang pertama memandang adjustment sebagai pencapaian, dan yang lain memandang adjustment sebagai sebuah proses. Sudut pandang pertama menekankan pada kualitas atau efisiensi adjustment dan penekanan kedua pada proses ketika individu berurusan dengan lingkungan eksternalnya.

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, tidak semua orang berhasil melalui rintangan-rintangan kehidupan yang ada. Adapun sebutan bagi mereka yang berhasil melampaui rintangannya disebut dengan Adjusted Person, sedangkan mereka yang tidak berhasil disebut dengan Mal-adjusted Person.

Jika masuk lagi ke dalam pembahasan personal adjustment, menurut beberapa tokoh memiliki pengertian sebagai berikut:

  • Kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. - Schneiders (dalam Patosuwido, 1993)
  • Interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan - Sawrey dan Telford. (dalam Colhoun & Acocella, 1990)
  • Sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan orang tersebut berusaha untuk mengatasi demand dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari. - Weiten dan Lloyd (2006)
  • Kemampuan seseorang untuk mereaksi kenyataan-kenyataan, situasi-situasi, hubungan-hubungan sosial dalam lingkungannya guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. – Wijaya (2015)

Dari bentuk mekanisme adjustment, ada pembagian tiga kelompok, yaitu:



1. Penyesuaian normal (well-adjustment)

Mereka yang masuk kedalam golongan ini adalah mereka yang berhasil melalui proses penyesuaian diri. Jika teman-teman ingin tahu apakah teman-teman masuk ke dalam kategori ini, teman-teman dapat cek dengan tanda-tanda dibawah ini:

  • Tidak menunjukkan ketegangan emosi. Kondisi teman-teman akan relax menghadapi kehidupan.
  • Tidak melakukan defense mechanism. Kalau orang Jawa bilang, "lempeng-lempeng" orangnya.
  • Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi. Bebas stress merupakan salah satu tanda apakah teman-teman adalah orang-orang yang melakukan penyesuaian diri dengan normal.
  • Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. Dalam melihat suatu kejadian, orang-orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu dengan rasional melakukan suatu pertimbangan. Pertimbangan yang logis dan terarah adalah kunci.
  • Mampu belajar. Saya percaya bahwa setiap orang yang pada dasarnya mampu belajar, tinggal apakah ada yang membatasi proses belajar tersebut atau tidak.
  • Menghargai pengalaman. Apapun yang terjadi di masa lalu baik yang terjadi atas diri sendiri maupun dari orang lain merupakan proses belajar.
  • Bersikap realistis dan obyektif. Terkadang emosi kita menghalangi cara pandang kita. Namun orang-orang yang memiliki penyesuaian yang baik dapat mengatasi hal-hal tersebut.

Tapi masalah hidup kan banyak tuh. Ketika diperhadapkan dalam masalah, penyesuaian diri yang normal itu seperti apa sih?

Berikut beberapa contoh penyesuaian normal yang dapat dilakukan.

a. Menghadapi masalah secara langsung.
Ketika diperhadapkan dengan permasalahan, individu dapat segera menghadapi permasalahan berikut resiko dan akibat yang dapat terjadi. Sebagai contoh ketika Budi tidak sengaja memecahkan pot bunga kesayangan ibunya, Budi langsung menghadap ibunya dan mengakui kesalahannya meskipun ia tahu bahwa nantinya ia akan dimarahi.

b. Melakukan eksplorasi
Ketika permasalahan datang, individu mencari berbagai sumber sumber pengalaman yang dapat memecahkan permasalahannya tersebut. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang kurang mampu menyelesaikan tugasnya membuat blog beserta isi materinya maka ia akan mencari tahu info info tema tersebut.

c. Melakukan uji coba
Individu akan mencoba-coba berbagai pendekatan untuk menyelesaikan masalahnya. Namun hal ini kurang menggunakan aspek kognitif jika dibandingkan dengan melakukan eksplorasi

d. Mencari pengganti
Jika individu gagal dalam menyelesaikan masalah, maka ia akan mencari pengganti untuk menyelesaikan masalahnya. Sebagai contoh Tono gagal diterima sebagai PNS, maka ia masuk ke perusahaan swasta.

e. Menggali kemampuan diri
Sebagai contoh individu mengalami suatu permasalahan ekonomi kemudian ia menggali potensinya dan mengembangkannya dalam hal berbisnis sehingga ia keluar dari permasalahan perekonomiannya tersebut.

f. Belajar
Individu belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu untuk dapat menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi.

g. Inhibisi dan kontrol diri
Penyesuaian diri yang baik tentu dilakukan dengan proses yang cepat, tepat, serta kontrol diri yang baik. Pada situasi ini individu memilih tindakan mana yang paling baik untuk ia lakukan.

h. Perencanaan yang tepat
Individu mampu membuat perencanaan yang tepat serta memperhitungkan untung-ruginya.

2. Penyesuaian yang salah (maladjustment)

Singkatnya, penyesuaian diri dalam kategori ini adalah bagi mereka yang gagal untuk masuk kedalam penyesuaian secara normal. Tanda-tanda apabila teman-teman masih masuk kedalam kategori ini ialah dengan bentuk perilaku yang salah, tidak terarah, serta sikap tidak realistis dan agresif.

Silahkan teman-teman melihat apakah teman-teman masih menggunakan reaksi-reaksi maladjustment seperti yang tertera dibawah ini:

a. Reaksi bertahan

Individu yang melakukan reaksi bertahan cenderung menganggap tidak ada masalah disekitarnya, ia cenderung membohongi diri sendiri, dan tidak menunjukkan kegagalannya pada orang lain.

Adapun bentuk reaksi ini antara lain:

  • Kompensasi
Individu mencari kepuasan di bidang lainnya.
  • Sublimasi
Mencari tujuan pengganti
  • Rasionalisasi
Mencari alasan demi membenarkan tindakannya
  • Represi
Berusaha menekan pengalaman pahitnya ke alam bawah sadar.
  • Egosentris
Menjadikan dirinya pusat dari lingkungan.
  • Sour grapes
Memutarbalikkan kenyataan.
  • Proyeksi
Melemparkan penyebab kegagalan pada dirinya ke orang lain.
  • Introyeksi
Bersikap fanatik yang berlebihan kepada orang atau situasi tertentu
  • Identifikasi
Menempelkan status dirinya kepada pihak lain yang dirasa sukses sesuai dengan keinginannya.

b. Reaksi menyerang

Pada kondisi ini individu melakukan penyerangan untuk menutupi kegagalannya.Ia tidak mau    mengakui kegagalannya bahkan tidak sadar bahwa ia gagal. Reaksi-reaksi daripada kondisi ini seperti;

  • Membenarkan diri sendiri
  • Ingin berkuasa disetiap kondisi
  • Mau memiliki segalanya
  • Menunjukkan sikap bermusuhan secara terbuka
  • Bersikap balas dendam
  • Suka menindas
  • Suka menyerang dan merusak 

c. Reaksi melarikan diri

Reaksi daripada individu ini ialah ia melarikan diri dari situasi yang menimbulkan masalah.

Jika kita telaah dari luar, orang-orang dengan bentuk reaksi seperti ini adalah orang-orang yang suka mimpi di siang bolong, berkhayal, minum-muniman keras, lalai dalam pekerjaannya dengan banyak tidur, dll.

Yang termasuk kedalam model penyesuaian tidak normal, diantaranya:

a. Anxiety (Kecemasan)

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seprti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa/bersalah, terancam dan lainnya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan tersebut.

Kecemasan ada beberapa macam yaitu; (1) Cemas yang timbul karena akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam; (2) Cemas yang berupa penyakit, seperti yang tidak jelas sebabnya dan itu mempengaruhi keseluruhan pribadi, dan juga cemas dalam bentuk takut pada benda atau hal-hal tertentu; (3) Cemas karena perasaan bersalah/dosa karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.

b. Frustrasi (Tekanan perasan)

Frustrasi merupakan suatu rintangan atau penggagalan tingkah laku untuk mencapai sasaran. Atau suatu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan, dipenuhi kecemasan, yang semakin meninggi disebabkan oleh perintangan atau penghambatan. Dengan kata lain frustrasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya.

Abe Arkoff memberikan defenisi frustrasi sebagai:

1. Frustration is a process which our behavior ic blocked. Bahwa frustrasi itu suatu proses dimana tingkah laku kita terhalang. Oleh karena kebutuhan, manusia bertindak atau bertingkahlaku untuk mencapai tujuan yaitu melayani kebutuhan yang sesuai dengan dorongan.

2. Frustration is a the state of feeling which accompanied the thwarting. Frustrasi itu suatu keadaan perasaan yang disertai proses rintangan.

c. Konflik (Pertentangan batin)

Konflik jiwa atau pertentangan batin, adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih, yang berlawanan atau yang bertentangan satu sama lain, dan tidak mudah dipenuhi dalam waktu yang sama.

Beberapa macam konflik; (1) Pertentangan antara dua hal yang sama-sama diingini, tetepi tidak mudah diambil keduanya (approach-approach conflict); (2) Pertentangan antara dua hal yang pertama diingini dan sedangkan yang kedua tidak diingini. Dari satu segi ingin mencapainya dan dari segi lain ingin menghindarinya (approach-avoidance conflict); (3) Pertentangan antara dua hal yang tidak diingini (avoidance-avoidance conflict).


3. Pathological adjustment

Dalam kondisi ini individu melakukan sebuah penyesuaian yang salah dimana individu akan melakukan hal-hal yang tidak wajar (reaksi patologis). Perbedaannya dengan maladjustment ialah individu yang mengalami pathological adjustment membutuhkan bantuan dan perawatan oleh ahli jiwa dikarenakan gangguannya sudah bersifat klinis. Nantinya bentuk penyesuaian pathologis ada dua bentuk yaitu Neurosis dan Psikosis. 

Hidup ini memang tidak mudah. Banyak rintangan dan hambatan silih berganti. Setelah membaca penjelasan diatas, mari kita koreksi diri. Apakah kita sudah dapat disebut adjusted person? Jika belum, yuk kita perbaiki.


Daftar Pustaka:

Sharma, Suraj. 2016. Adjustment: Process, Achievement, Characteristics, Measurement, and Dimensions. International Journal of Academic Research. Vol 3, Issue-1(2), Januari 2016. http://ijar.org.in/stuff/issues/v3-i1(2)/v3-i1(2)-a006.pdf. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020.

Schneider, A.A. 2008. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holtt

Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, Y.S. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Weiten, W. dan Lloyd, M.A. 2006. Psychology Applied Modern Life: Adjustment In The 21 st Century. California: Thomson Higher Education.

Patosuwido, S.R. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Konsep Diri Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi.

Acocella, J.R. dan Calhoun, J.F. 1990. Psychology of adjustment human Relationship. New York: Mc Graw-Hill.

Wijaya, B.O. 2015. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Kemandirian Pada Mahasiswa Yang Merantau Fakultas Teknik industri Universitas Bina Darma Angkatan 2014/2015 Palembang. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015.

H, Sunarto. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.


Penulis:

Daniel Christanto

1511900070

Friday, October 2, 2020

TENTANG DANIEL

Halo rekan rekan pembaca blog sekalian!

Perkenalkan nama saya Daniel Christanto, saya administrator sekaligus penulis dalam blog ini. Saya memulai untuk menulis blog ini pada awal Oktober 2020 atas dasar pemenuhan tugas mata kuliah Psikologi Klinis yang saya ambil pada semester 3. Namun setelah saya pikir-pikir, mungkin blog ini dapat menjadi wadah yang baik bagi saya dalam menyimpan dan menyebarkan apa saja yang saya pelajari di perkuliahan.

Sehari-hari saya berprofesi sebagai seorang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya angkatan 2019. Sampai detik tulisan ini dibuat, saya masih memiliki angan-angan untuk mengambil profesi Psikolog Klinis. Semoga tercapai dan tidak ada perubahan kedepannya. Hehe.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen saya, yang terhormat ibu Amherstia Pasca Rina S. Psi., M. Psi. karena atas dorongan beliau blog ini dapat terbentuk.

Blog ini nantinya akan saya isi dengan berbagai macam materi baik fakta ataupun opini dari saya pribadi. Apabila ada kesalahan, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Silahkan kirimkan surel anda ke cosmodocosmodo@gmail.com apabila anda ada pertanyaan atau mungkin ingin berkomunikasi dengan saya. Akan saya balas jika ada kesempatan.

Selamat datang di blog saya. Yuk sama-sama belajar!

 

Your friend,

 

Daniel Christanto

 

LIVE IG THE SERIES 8 - ALZHEIMER

Kelompok terakhir dari live IG the series ini merupakan kelompok 8 yang membahas mengenai alzheimer. Jika pada blog sebelumnya kita membahas...