Masa remaja adalah masa paling indah, begitu kata
orang-orang terdahulu. Namun apa jadinya jika masa yang indah penuh harapan
tersebut hancur oleh sebab kesalahan yang diperbuat para remaja? Keresahan kelompok
4 akhirnya terjawab dengan melakukan bedah film “Dua garis biru”, sebuah film
yang menceritakan sepasang kekasih yang masih bersekolah melakukan hubungan
seks bebas dan hamil diluar nikah. Didampingi oleh seorang dosen psikologi UNTAG
Dr. IGAA Noviekayati M.Si., Psikolog kelompok 4 pun mendiskusikannya dengan
sangat apik mengenai bagaimana dampak seks bebas pada remaja.
Dimasa ini pengawasan orangtua menjadi penting. Sangat
penting bagi orangtua untuk tidak membiarkan anaknya meskipun sudah mulai
beranjak besar dengan cara mengajak makan bareng, mengecek kegiatannya, dan
sebagainya. Apakah boleh berpacaran di masa remaja? Tentu boleh namun harus
mengerti batasan diri. Jadikan berpacaran menjadi suatu kegiatan positif.
Namun jika anak sudah hamil, apa yang harus dilakukan?
Pertama harus kita pahami dulu seperti apa kondisi psikis
sang remaja. Pada kondisi ini mereka sedang rapuh-rapuhnya sehingga dukungan
keluarga menjadi sangat penting. Yang harus diperhatikan ialah semakin banyak
dukungan yang didapatkan si anak maka semakin baik pula kondisi psikisnya.
Dukungan kedua belah keluarga sangat dibutuhkan.
Meskipun begitu, perbuatan ini memang bukanlah perbuatan
yang pantas dilakukan oleh anak seusia mereka. Namanya saja sudah hubungan
suami istri, tentu saja harus dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi suami
istri. Sehingga cara menjaga supaya anak tidak melakukan perbuatan seperti itu
tidak hanya dijaga saja ketika remaja. Hubungan dengan orangtua dan anggota
keluarga lain menjadi penting sejak dini. Moral anak harus dididik mengenai apa
yang baik dan yang tidak.
Ketika dua orang kekasih saling mencintai tentu ingin berdekatan. Dan perbuatan seperti itu memang alamiah. Namun hal itu menjadi salah oleh karena kita berada di negara timur dimana adat kita tidak memperbolehkan kegiatan seks. Kegiatan berciuman dan berpelukan boleh namun tetap harus ada batasannya.
Memasuki masa SMA sebenarnya remaja sudah dapat menjaga dirinya sendiri. Oleh sebab itu sebelum anak memasuki masa-masa SMA, orangtua baiknya harus sudah mempersiapkan anak-anaknya dengan baik. Anak harus diajarkan setiap perbuatan mereka akan ada konsekuensinya. Baik perbuatan positif maupun negatif memiliki resikonya sendiri-sendiri. Hingga anak ketika sudah dapat berpikir dengan bijaksana maka mereka dapat memilah-milah perbuatan-perbuatan yang baik.
Salah satu resiko yang saya bicarakan diatas ialah masalah kesanggupan si anak dalam menjalani konsekuensi atas perbuatannya. Tidak hanya masalah psikis namun juga fisik. Seorang gadis walaupun sudah dapat hamil tetapi tubuhnya belum siap untuk melahirkan. Setidaknya ketika ia sudah diatas umur 20 tahun barulah organ-organ reproduksinya sudah siap untuk dibuahi dan melahirkan. Ketidaksiapan rahim si anak dapat menimbulkan kelainan dan dapat membahayakan nyawanya.
Saran dari narasumber adalah berpacaran itu boleh namun jangan karena "atas nama cinta" menjadi meminta "bukti cinta" dengan perbuatan seksual.
No comments:
Post a Comment